Senin, 28 Februari 2011

Dialog Imaji Jiwa II

"Kau kembali mengingatnya lagi?"
"Aku memang tak pernah melupakannya..."
"Mengapa?"
"Karena aku tak mampu."
"Kau tak mampu atau tak ingin?"
"Aku tak tahu..."
"Aku tak paham apa yang ada dalam pikiranmu..."
"Cinta memang sulit dipahami, 'kan? Cinta kerap hadir tanpa perlu alasan..."
"Kejar dia!"
"Buah yang indah..., adalah mustahil tuk tumbuh pada ranting kering..."
"Apa maksudmu?"
"Aku juga tak tahu. Aku hanya mengungkapkan apa yang kuketahui, kendati tak sepenuhnya kupahami."
"Kenyataannya dia bukan buah, dan kau juga bukan ranting."
"Aku berharap dia adalah seekor burung kecil."
"Mengapa?"
"Karena aku ingin melihatnya mengepakkan sayap, terbang tinggi dan jauh, kemudian berkembang menjadi yang terdepan."
"Jika demikian, maka dia tak akan berada di dekatmu lagi."
"Sedari awal memang sudah ditakdirkan demikian. Aku hanya berharap..."
"Apa...?"
"Seandainya satu, dua, atau tiga tahun dia tak pernah mengingatku lagi, semoga satu, dua, atau tiga dekade mendatang, dia akan ingat; di sini ada ranting kering yang selalu mengingatnya..."




2L, 2011

Dialog Imaji Jiwa I

"Aku... berharap bisa menjadi android."
"Kau bercanda...?"
"Tidak... Aku bukan ingin menjadi android yang dapat menyelamatkan atau menghancurkan Bumi, seperti yang ada pada cerita masa kecil."
"Lalu...?"
"Aku ingin menjadi android, agar aku tak lagi memiliki emosi; gundah, kehilangan, sedih, takut, kecewa, benci, suka, dan juga cinta..."
"Kau tak mungkin menjadi android..."
"Kalau begitu biarlah aku menjadi gila. Setelah gila, maka aku tak akan memahami apa pun lagi..."
"Kau hanya akan menjadi gila, setelah menerima tekanan batin yang besar."
"Lalu...?"
"Maksudku..., bila kau telah menjadi gila, berarti kau juga sudah terlanjur menjalani semua penderitaan batin hingga mencapai batas..."
"Kapankah batas itu tiba?"
"....."
"Jawablah aku..."
"Sepertinya kau ingin lari dari kenyataan. Kau tak akan mampu."
"Benarkah?"
"Ya..."
"....."
"....."



2L, 2011

War, Blood, and Tear

Demikianlah Bumi kembali menangis
ketika bergolak lagi sekeping tanahnya
oleh para makhluk-makhluk bengis
yang saling berperang dan membunuh
seraya menyeringai puas
ketika darah t'lah mengucur deras
dari tubuh lawan

sesosok tubuh tegap dan kekar
yang dua puluh tahun sudah
menguras tenaga sepasang orangtua
kini tergeletak tak bernyawa
sebelum sempat membalas budi

segalanya hilang dalam semalam
dan bahkan sedetik
tetapi mungkinkah satu dekade
mengembalikan semuanya lagi?
ataukah dua dekade?
ataukah hingga tiga dekade pun
segalanya hanya tinggal kenangan
tuk selamanya

sepasang jompo kehilangan harapan
anak-anak merindukan kecupan bapak
prajurit kehilangan sepasang tangan
dan janda menanti sahutan langit bisu
tapi masih peluru melesat cepat
merenggut nyawa-nyawa malang

bahana tangis membentuk
simfoni penyayat hati
perang belum usai
darah masih mengalir deras
airmata pun masih mengalis jua




2L, 2011

Minggu, 27 Februari 2011

Gadis di Gerimis

Senja itu kuning keemasan mewarnai langit tempat kuberada. Segerombolan manusia mengerumuniku, dan berbagi tawa canda. Adalah benar, mungkin saat itu aku sempat merasa menjadi raja, kendati tiada mahkota.

Namun takdir tak pernah berjudi dengan manusia. Ada pagi, ada malam. Usai senja, tibalah malam suram nan gerimis.

Aku menggigil, meringis, lalu tersungkur meregang nyawa di atas genangan lumpur, suatu ketika gerombolan manusia yang mengerumuniku telah pergi dariku. Hanya tersisa tangis dan nafas pada batin yang merasa kesepian, serupa dedaunan yang haus akan siraman terang sang surya.

Gerimis itu, kau menghampiriku dan memayungiku. Menepuk ringan punggungku seraya bersuara; tegarlah!

Aku menatapmu. Matamu sayu. Bibirmu tersenyum penuh kasih. Tetapi ekspresimu juga terlihat seakan hendak menemaniku bersama-sama menangisi takdir. Ya, kaulah sahabat yang tersisa kala aku tertikam gelap. Hanya kau...

Aku berbisik pada batin; aku mencintaimu. Aku bersumpah ingin mencintaimu tuk selamanya...

Namun, suatu ketika satu malam telah kulalui ditemani olehmu, ketika sang surya merangkak naik, kau telah menghilang. Samar-samar segalanya seolah sebuah mimpi. Aku tak pernah tahu, apakah kau pernah mencintaiku atau tidak.

Aku hanya ingin tetap mematuhi sumpahku tuk mencintaimu selamanya, tak peduli apakah kau masih ada untukku kelak, atau memang sekadar mimpi.



Lea W
kamar renung, 2011

Kamis, 17 Februari 2011

About hu3Aoj

Pelan dan lembut
demikianlah kau berjalan
tinggi dan semakin tinggi jauh
meraih impian yang kian berwujud
oleh kasih dan suci hati
seputih jubah putri bidadari

365 hari silam
langit menangisi satu kisah
mengguyur basah tanah Bumi
di mana kita berada
dan melukis kenangan
tapi belum terang sejagat
padam sudah sesaat

masih mengiang ceritamu kala itu
tentang makhluk kecil meregang nyawa
tentang hiruk-pikuk di luar sana
tentang duafa memerangi angin malam
dan tekad tuk membunuh malaikat
yang tak pernah berperasaan

derai airmata pun tak pernah putus
sejak 365 hari silam hingga kini
dan mungkin jua 365 hari hingga kelak
atau hingga maut menjemput

Nona hu3Aoj
ada kasih bersemayam di sendu mata
ada senyum yang mengoyak amarah
ada bisik yang membangunkan asmara
namun tiada jodoh dan harapan

2L, 2011

Jumat, 04 Februari 2011

Taman Biru

Pada dimensi nun jauh
ada sebuah taman biru bagai surga
di sanalah petualang cinta mencari cinta
pada 1000 eva mereka pernah memberi cinta
dari 1000 eva mereka pernah menerima cinta
sungguh, jatuh cinta 1000 kali itu mudah
namun, patah hati 1 kali itu susah

di sana aku hanya tertidur dan terus tertidur
hingga suaramu memanggilku bangun
aku tak paham apa pun
kau bercerita banyak tentang indah dunia
dan aku kagum senyum kasihmu
hingga aku bersalah t'lah mencintaimu

aku ingin menggenggam tanganmu
melukiskan surga pada riwayatmu
tapi ini sebatas angan tak berwarna
aku hanyalah kartu yang tak sempurna
kasih yang tak pernah ada
dan harus kembali pada tanah gersang
mengikhlaskanmu


2L, 2011

Erard

Alkisah, di kota kecil
ada kisah kelahiran sang malaikat cilik
mereka bersorak; pagi telah tiba
harapan; esok adalah surga dunia

tapi Erard hanyalah malaikat lemah
yang terkutuk iblis
tak ada kasih tak ada tawa tak ada harapan
ia hanya tersungkur meregang nyawa
dalam tangis tanpa suara
simfoni penyayat hati pun kian membahana



2L, 2011

Kamis, 03 Februari 2011

Kisah 1000 Musim

Aku kian paham
makna bahak kejam dari para malaikat
suatu ketika anak manusia polos
yang mereka berikan nafas di bumi
t'lah kian beranjak dewasa
dan belajar memahami cinta

lembut dan romantis
begitulah cinta berkisah
tapi sering lara mengusik batin
hingga jiwa terkapar lelah pula
ketika takdir dan keinginan tak sejalan

tentu, aku pun mencemburui nasib
kala dirimu t'lah raib dalam gundahku
bahkan bayangmu di episode mimpiku
jua t'lah raib tak bersisa

aku masih hidup dalam kenangan
terperangkap di sana
hanya mampu mengenang kisah-kisah
ketika kita bersukacita kemarin

lagi, cinta menawarkan pertarungan
sering darah hanya terbuang sia-sia
tuk diganti suatu harapan kosong
detik ini tersenyum gembira
detik berikutnya menangis lara
kesetiaan sering hanya sebatas topeng
yang menyembunyikan kebohongan

Di sini aku terbodoh
ruang hatiku tak berpenghuni
masih selalu mengenangmu
sosok yang t'lah menjadi pemilik
kunci pada ruang hatiku

aku sadar esok atau lusa pun
kau tak akan kembali menghuninya
dan selamanya jua tak kembali lagi
tapi takdir mengutukku
tuk tetap menunggumu

hingga malam berganti pagi
pagi berganti malam
1000 musim kulewati dengan airmata
aku masih hanya mencintaimu seorang
tuk selamanya

2L, 2011

Rabu, 02 Februari 2011

Coming Soon!

Segera terbit! Twin Anthology karya sastra Liven R & Lea Willsen.

Desain Kaver: Lea Willsen.