Minggu, 01 November 2015

Apa yang menarik dari MotoGP?



Apa yang menarik dari MotoGP? Hmm…. Jujur saja, ketika banyak yang begadang demi menonton sepak bola, menyiapkan cemilan untuk menonton bulu tangkis, berdiam manis di depan televisi menantikan, petinju idolanya, saya justru tidak tertarik dengan olahraga yang mana pun!

Oke, bukan saya anti acara olahraga sebenarnya. Dulu saya juga terkadang mengikuti acara bulu tangkis. Tapi rasanya itu sudah masa yang sangat lama, di mana kala itu pemain-pemain negara kita—seperti Susi Susanti, Ricky Subagja, Rexy Mainaky—masih kerap merajai bidang olahraga tersebut, sebelum akhirnya roda berputar dan Tiongkok-lah yang kini berada di atas daun.

Saya bermain Weibo—sosial media Tiongkok—dan cukup aktif juga di sana, atau minimal sehari ada sekali dua kali masuk ke sana untuk melihat-lihat. Dan apa yang terjadi? Setiap memasuki musim olahraga bulu tangkis, para warga di sana begitu antusias memberikan dukungan. Banyak yang sibuk membahas dan mengepos foto-foto si macho Lin Dan—pemain bulu tangkis Tiongkok yang menjadi kebanggaan mereka. Ah, betapa miris rasanya. Masa jaya mereka di bidang olahraga bulu tangkis sekarang persis dengan masa jaya kita di masa lalu yang telah kian meredup.

Kembali ke MotoGP. Kalau terhadap bulu tangkis masih ada minat-minat sedikit, terhadap MotoGP justru tidak mengerti sama sekali. Satu jam lebih memandang televisi pun, yang terlihat hanyalah para pasukan ber-helm yang meliuk-liuk di atas trek. Gerakan mereka memang patut diacungi dua jempol. Tapi, tetap saja saya tidak mengerti dengan garis utama acara. Kenal pun hanya sebatas dari warna dominan kostum dan motor yang digunakan, sementara wajah mereka bersembunyi di balik helm.

Sering bersorak dalam hati sih, misalkan kalau ada adegan seperti si hijau yang sudah lama mengekor si merah, dan tiba-tiba si hijau berhasil menyalip. Dalam hati mulai menjatuhkan dukungan kepada si hijau dan hitung-hitung biar tontonan menjadi lebih bermakna. Sayang, begitu kamera beralih sebentar, dan ternyata yang memiliki kostum serta motor hijau tak hanya satu, saya tak menandai lagi si hijau mana yang saya dukung! Oh, my God!

Sungguh cara menonton MotoGP yang tidak kreatif ya? Tapi, sebenarnya itu sudah cerita lama, saat saya masih kecil, di mana terkadang acara MotoGP tiba-tiba muncul di Minggu pagi yang semestinya menayangkan acara kartun. Jadi, ada sedikit unsur keberatan juga menonton acara itu, sembari tetap berharap setelah usai MotoGP, kartun akan kembali tayang.

Baru-baru ini—seminggu sebelum saya menulis tulisan ini—dunia pada heboh dengan insiden dramatis antara persaingan Rossi dan Marquez di Sepang-Malaysia. Di media mana saja ada pemberitaan mereka, sampai-sampai akhirnya si awam seperti saya pun iseng-iseng berminat mengikuti perkembangan berita itu, bahkan sampai sibuk mencari video lengkap dari acara tersebut.

Nah, sekarang ternyata menonton MotoGP itu sudah berbeda. Meskipun wajah para pembalapnya berada di dalam helm, mereka tetap dapat ditandai dari banyak hal. Seperti nomor kostum yang dimiliki, merek dan type motor, dan juga sejumlah motif penghias lainnya. Urutan dari setiap pemain juga terpantau jelas melalui data-data yang dimunculkan pada bagian bawah atau samping layar. Bahkan—berkat kecanggihan alat-alat yang terpasang pada motor mereka—data-data dari kecepatan yang tercapai pun dapat ditampilkan. Bisa dibilang semuanya sangat jelas!

Satu hal yang terasa hambar, setelah terjatuhnya Marquez, kelihatannya Rossi benar-benar kehilangan target lagi selain tetap menjaga posisinya di urutan ketiga. Ya, gara-gara aksi salip-salipan bersama Marquez, Rossi dipastikan tak sanggup mengejar Lorenzo dan Pedrosa yang berada di depannya. Dan tak heran ketika Rossi menduga Marquez dengan sengaja menghadangnya di belakang.

Perhatikan saja, meskipun media memberitakan jatuhnya Marquez gara-gara tendangan Rossi, namun sedari awal kelihatannya Marquez-lah yang terus berinisiatif—ataukah memang tidak sengaja?--menempel dekat dan bahkan berkali-kali bertubrukan dengan Rossi. Secara pribadi saya melihat gerakan kaki Rossi itu sebagai gerakan menepis yang refleks, karena Marquez terus menempel kepadanya. Jika Rossi tidak refleks menepis, mungkin ia sudah terjatuh akibat terdorong oleh berat Marquez beserta motornya yang seakan nyaris menindih Rossi.

Demikian pun, Rossi dinyatakan mendapatkan hukuman harus memulai balapan dari urutan terbelakang di Valencia nanti. Tetapi, banyak asumsi menyatakan kalau hukuman itu berpeluang dibatalkan atau minimal diringankan. Maklum, hingga saya menulis ini, hasil finalnya masih tidak pasti. Yang jelas, pada trek Valencia nanti persaingan akan lebih keras lagi!

Satu kesimpulan, acara MotoGP menarik, tetapi harus mengetahui siapa-siapa saja pembalapnya. Dan sebagai penutup, sekaligus sekadar rekomendasi, bagi kalian yang berminat menonton MotoGP secara online dan lengkap, bisa melalui http://www.youku.com. Search pada mesin pencari di atasnya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Mandari.

*

Lea Willsen,
catatan senggang, awal November 2015