Jumat, 22 Juli 2011

Pegulat Kane

Tepatnya kapan saya tak ingat lagi--mungkin tujuh, delapan, atau bahkan sepuluh tahun silam--dunia sempat 'digilakan' oleh tayangan gulat seperti WWF, Raw is War, dan SmackDown yang ditayangkan oleh stasiun televisi StarSport luar negeri. Bahkan salah satu stasiun televisi Indonesia juga menayangkannya. Dari anak-anak seumuran saya di masa itu, hingga yang setua nenek saya juga gemar menonton gulat.

Namun trend menonton gulat tak bertahan lama di Indonesia. Pada dasarnya budaya berbicara, berbusana, dan bersikap yang ditawarkan oleh tontonan itu terlalu kontras dengan budaya Indonesia. Ditambah lagi bermunculannya kasus anak-anak yang bermain saling berkelahi menirukan gaya-gaya brutal pegulat idola mereka, tak butuh lama para orangtua pun melarang anaknya menonton gulat lagi.

Sebenarnya hal tersebut (dilarang nonton gulat) tak terjadi pada saya. Adapun itu hanya berupa nasihat. Lagipula, saya dan sepupu saya tak pernah bermain kasar meskipun kami sama-sama fans berat tontonan itu. Karena meskipun masih kecil, kami sadar dengan bermain kasar akan menyakiti kawan main yang lain. Dan kami sudah terbiasa bermain dengan hanya menggunakan action figure tanpa saling tonjok-tonjokan menirukan kebodohan anak-anak lain. Kalau main tonjok-tonjokan pun, itu hanya sebatas dua permukaan kulit yang bersentuhan ringan. Tapi, dalam waktu yang hampir tak jauh berbeda, saat itu saya juga terpaksa berhenti nonton gulat. Loh, mengapa?

Hmm..., itu karena StarSport berubah UHF, dan televisi di rumah tak mampu menangkap gelombang stasiun kesayangan itu lagi. Uh, saat itu lumayan kecewa juga. Tapi ya sudahlah, tak ada pesta yang tak pernah berakhir.

Lagipula, orang-orang mengatakan gulat hanyalah tontonan fiksi. Siapa menang siapa kalah semuanya hanya kebohongan yang sudah ditetapkan penulis skenario layaknya sebuah film. Ada benarnya juga. Coba perhatikan, ketika The Rock berada di WWF, setiap detik selalu memasang wajah kerbau, padahal ketika berada di luar WWF ia selalu tersenyum manis bahkan dapat bercanda dan terbahak.

Kesimpulan yang saya ambil--sekadar opini--mungkin gulat WWF (sekarang WWE) memang hanyalah cerita fiktif, namun perkelahian mereka sungguhan. Hal ini bisa terlihat dari darah yang muncul di wajah Triple H ketika bertarung melawan sang bapak mertua, Vince McMahon demi memperebutkan Stephanie McMahon. Dan tak mungkin melakukan rekayasa di depan jutaan mata penonton di sana.

Untuk adegan berbahaya seperti ditabrak truk, mungkin kru telah mempersiapkan trik khusus agar tidak sampai memakan korban jiwa. Seperti stuntman, mereka berkelahi dengan lawan main, namun mereka sebenarnya tak saling bermusuhan. Dan sesekali kru juga harus menyiapkan trik khusus agar si stuntman tidak mati konyol.

Semua demi uang dan pekerjaan. Setelah kamera dimatikan, mungkin mereka akan saling minta maaf. Kalau setelah mereka main gulat dan menjadi terkenal serta mendapat banyak orderan bermain film layar lebar, mungkin mereka pun tak ingin lagi berada di WWF. Contohnya The Rock.

Sekadar nostalgia, baru-baru ini saya coba mencari video pertarungan Kane--pegulat idola saya dulu--di Youtube. Meskipun tak dapat lagi menonton gulat di StarSport, sedikit banyak saya tahu, penampilan Kane (di ring) kini menjadi botak, tanpa baju, dan tak lagi memakai topeng. Namun bagaimana dengan perkembangan karir serta kepopulerannya di WWE? Ugh! Saya tidak tahu! Jujur, saya sedikit penasaran. Dan itu jugalah salah satu alasan yang membuat saya mencari video pertarungannya.

Masih seperti dulu, penampilan Kane seru dan menegangkan. Sayangnya dari tiga video yang didownload, semuanya memerlihatkan kekalahan Glenn Thomas Jacobs (nama asli Kane). Sungguh mengecewakan. Tapi biarlah, penulis skenario sedang sengaja mempermainkan emosi fans Kane, termasuk fans lama seperti saya yang sudah tak lagi mengikuti perkembangannya,

Bila memang gulat WWF (saya lebih suka menyebut WWE dengan sebutan lama) itu fiktif namun pertarungannya nyata, semoga saja suatu saat nanti Kane dapat mengikuti jejak The Rock menjadi bintang film layar lebar dan tak perlu lagi bertarung hingga berdarah-darah. Kasihan juga. Hehehe...

Rabu, 13 Juli 2011

Milikku

Jangan berkata kau sakit
karena aku terluka
jangan pula berkata kau menangis
karena aku bersedih
jasmani dan rohani ini milikku
tersayat takdir
tertikam keadaan
semua ini milikku
deritaku
bukan derita milikku
katakanlah aku bisu
atau tuli
dan hanya terpojok
dalam bayang suram
dan aku hanya tahu
hingga tulang menembus jantung
segala suka harus berpulang padamu
sakit dan sedih ini tetap hanya milikku
adakah malaikat mengulurkan tangan?
tidak
malaikat hidup dalam kepercayaan
ia tak pernah terlihat
tak pernah terdengar
dan tak pernah ada
dalam detik-detik tangisku