Minggu, 15 Mei 2011

Seperempat Tahun Berhenti Menulis Fiksi

Rindu menulis fiksi, inilah yang belakangan ini sering kurasakan. Kalau coba diingat-ingat, terakhir kali aku menulis fiksi sepertinya sudah dua atau tiga bulan lalu--seperempat tahun lalu.

Awalnya aku berhenti menulis fiksi rencananya hanya untuk sejenak, sekadar untuk menghindari jenuh, dan beralih sejenak pada non fiksi, baik tutorial atau pun artikel renungan yang ringan-ringan. Meskipun ini bukan satu-satunya faktor, tapi faktor inilah yang kurasakan sebagai faktor utama dari faktor-faktor lain. Atau boleh juga dikatakan aku menganggapnya sebagai faktor utama, karena faktor yang lain kalau terlintas di benak saja sudah membuatku merasa frustrasi, apalagi harus dibuka di sini--di blog ini. Hehehe...

Ya, tapi perlu ditekankan, faktor yang dimaksudkan di atas adalah faktor yang menyebabkan aku memutuskan untuk berhenti sejenak dalam menulis fiksi, bukan faktor yang menyebabkan aku berhenti menulis fiksi hingga seperempat tahun.

Berhenti menulis fiksi hingga demikian lama adalah satu hal beda yang diluar dugaanku sebelumnya, bukan karena aku tak lagi mencintai kegiatan tersebut. Kalau beberapa penulis memutuskan untuk hanya menulis salah satu mode antara fiksi dan non fiksi, maka sedari pertama kali aku mulai menancapkan tiang bendera pada dunia kepenulisan, aku tak pernah mau membatasi diri sendiri untuk hanya memilih salah satu mode, karena aku menyukai kedua-duanya. Aku berharap dapat mendalami kedua-duanya, tanpa 'menganaktirikan' salah satunya. Dan empat tahun berlalu, aku merasa sangat bersyukur, karena secara tak langsung aku telah memeroleh banyak pelajaran-pelajaran berharga serta bekal dari 'tanah' di mana tiang benderaku pertama kali ditancapkan.

Di sini, aku tak berencana bercerita terlalu banyak tentang faktor berhentinya aku menulis fiksi hingga demikian lama. Aku hanya ingin mengatakan bahwa apa yang menjadi faktor bukanlah sesuatu yang negatif, meskipun aku tak yakin juga untuk menyebutnya sebagai sesuatu yang positif. Aku bukan tengah diserang penyakit stroke dan tak mampu menggerakkan jari-jari tangan untuk mengetik lagi, seperti apa yang diharapkan oleh para musuh-musuhku. Macam betul saja... Hehehe...

Tahun lalu aku juga pernah setengah tahun berhenti menulis--baik fiksi maupun non fiksi--dikarenakan hal yang tak begitu diinginkan. Akibatnya, ketika mulai menulis lagi, aku seperti robot yang kehilangan sebagian memori untuk mengerjakan apa yang hendak dikerjakan. Butuh beberapa lama untuk beradaptasi kembali. Ya, pada dasarnya kemampuan menulis bukanlah suatu ilmu yang mutlak abadi menjadi milik seseorang, tanpa adanya pemeliharaan.

Semoga ide-ide fiksi yang memadati otakku sekarang tak terlalu cepat menjadi kabur. Kalau waktu dan situasinya sudah pas, akan kuubah mereka menjadi berwujud utuh dalam format file MsWord. Semoga...


2L, 2011

Minggu, 01 Mei 2011

Akhir Zaman

Biru tak lagi langit
tiada lagi indah di mata
sisa kisah tawa yang dibalut sejarah
dan airmata kini mengalir
ada sakit oleh derita
ada derita oleh sakit
tiada gerbang menuju masa lalu
tiada pelarian dari masa depan
terseret oleh zaman
menuju ruang eksekusi
hitam pekat


2L, 2011