Jumat, 03 Desember 2010

Mengapa ada orang yang bersedia mencintai orang jelek?

"Mengapa ada orang yang bersedia mencintai orang sejelek itu?"

Apa pendapat Anda ketika mendengar seseorang menanyakan sebaris kalimat di atas? Anda akan setuju, bahwa orang jelek memang sulit dicintai, ataukah Anda memiliki pendapat lain? Apa pun pendapat Anda, jika berdasarkan pribadi penulis, penulis berpendapat bahwa pertanyaan tersebut sangatlah tak manusiawi dan hanya dapat diucapkan oleh seseorang yang krisis kebijaksanaan. Mengapa?

Untuk mengetahui jawaban tersebut, luangkanlah waktu Anda untuk merenungkan, siapa yang ingin jelek di dunia ini? Apakah jelek adalah sebuah pilihan? Apakah yang menyebabkan seseorang terlahir jelek? Dan bagaimanakah perasaan seseorang yang terlahir jelek dan tak dicintai orang lain? Apakah menyenangkan? Tentu tidak, 'kan?

Setelah direnungkan, tentu kita semua akan sadar, jelek bukanlah suatu pilihan empunya. Di dunia ini tak ada seorang pun yang berhak atau mau memilih untuk terlahir jelek. Setiap manusia, baik jelek atau pun cantik, tetaplah merupakan ciptaan Tuhan. Dengan menanyakan sebaris kalimat di atas, berarti seseorang telah menghina Tuhan, lewat ciptaan-Nya.

Bagaimana perasaan seorang jelek bila mengetahui ada orang-orang yang menghina kejelekannya? Tentu menyedihkan, bukan? Oleh karena itu, janganlah pernah menanyakan kalimat di atas, atau pun yang senadanya. Itu tak manusiawi.

Kehidupan akan damai, bukan karena adanya orang-orang berparas cantik, melainkan karena adanya orang-orang berhati cantik. Sama halnya dengan cinta, cinta juga akan terasa indah, bukan karena adanya pasangan berparas cantik, melainkan karena adanya pasangan yang berhati cantik, serta mampu memahami dan mengasihi kita.

Kita sering mendengar kalimat "cinta itu buta". Dan bila berdasarkan 'versi' penulis, perasaan cinta itu ibarat rumput liar, yang berpotensi tumbuh di tanah belahan bumi mana pun, tanpa membeda-bedakan apakah tanah itu cantik atau tidak. Jadi rasanya tentu tak heran dan tak perlu dipertanyakan, bila ada seseorang yang bersedia mencintai seseorang yang jelek. Di balik paras jeles, mungkin saja masih terdapat faktor-faktor lain yang membuat cinta itu tumbuh, 'kan?

Dan justru cinta yang tumbuh berdasarkan ketertarikan fisik itu berbahaya, patut diragukan dan dicemaskan! Mengapa? Ya, cobalah renungkan, kecantikan itu tidaklah kekal. Suatu saat akan layu. Dan akankah cinta menjadi layu juga pada saat itu?




kamar renung, 2010

4 komentar:

  1. Kesadaran , hati dan pikiran itu sangat dibutuhkan jika kita menerima seseorang dalam hidup kita . Bukan dari penampilan , bukan dari kaya , bukan dari miskin , bukan karena dia seorang bintang , cinta itu tidak membutuhkan alasan untuk penjelasan. Setelah membaca maha-karya sang penulis Lea Wilsen saya sangat tersentuh dan sadar. Saya harap para pengunjung yang mengunjungi blok ini dapat merenung apa yang disampaikan penulis

    BalasHapus
  2. Terima kasih banyak atas kunjungan serta apresiasinya, saudaraku... :-)

    BalasHapus
  3. setelah 20 tahun saya hidup di dunia ini saya BARU SAJA sadar bahwa kita selalu bisa melakukan sesuatu terhadap Tuhan melalui ciptaanNya.
    "Berarti seseorang telah menghina Tuhan, lewat ciptaan-Nya" :)
    BENER BANGET.. Saya harap Tuhan sudi memaafkan hinaan2 rendahan yang selama ini pernah saya lontarkan terhadap makhlukNya yang lain..

    Terimakasih banyak. Ternyata Tuhan masih sangat mencintai saya karena Tuhan telah memberi saya pencerahan melalui saudara yang saya yakin belum tentu semua orang bisa mendapatkannya. Alhamdulillah, Puji Tuhan. Semoga Tuhan senantiasa memberikan Sdr Willsen inspirasi2 yang bisa memberikan manfaat bagi saudara dan orang2 di sekitar saudara. Salam... :)
    -Viery

    BalasHapus
  4. Terima kasih atas apresiasi serta doanya, Viery. Bila berkenan, Anda bisa membaca tulisan motivasi yg lainnya di Art Dimension. Salam...

    BalasHapus