Minggu, 01 November 2015

Apa yang menarik dari MotoGP?



Apa yang menarik dari MotoGP? Hmm…. Jujur saja, ketika banyak yang begadang demi menonton sepak bola, menyiapkan cemilan untuk menonton bulu tangkis, berdiam manis di depan televisi menantikan, petinju idolanya, saya justru tidak tertarik dengan olahraga yang mana pun!

Oke, bukan saya anti acara olahraga sebenarnya. Dulu saya juga terkadang mengikuti acara bulu tangkis. Tapi rasanya itu sudah masa yang sangat lama, di mana kala itu pemain-pemain negara kita—seperti Susi Susanti, Ricky Subagja, Rexy Mainaky—masih kerap merajai bidang olahraga tersebut, sebelum akhirnya roda berputar dan Tiongkok-lah yang kini berada di atas daun.

Saya bermain Weibo—sosial media Tiongkok—dan cukup aktif juga di sana, atau minimal sehari ada sekali dua kali masuk ke sana untuk melihat-lihat. Dan apa yang terjadi? Setiap memasuki musim olahraga bulu tangkis, para warga di sana begitu antusias memberikan dukungan. Banyak yang sibuk membahas dan mengepos foto-foto si macho Lin Dan—pemain bulu tangkis Tiongkok yang menjadi kebanggaan mereka. Ah, betapa miris rasanya. Masa jaya mereka di bidang olahraga bulu tangkis sekarang persis dengan masa jaya kita di masa lalu yang telah kian meredup.

Kembali ke MotoGP. Kalau terhadap bulu tangkis masih ada minat-minat sedikit, terhadap MotoGP justru tidak mengerti sama sekali. Satu jam lebih memandang televisi pun, yang terlihat hanyalah para pasukan ber-helm yang meliuk-liuk di atas trek. Gerakan mereka memang patut diacungi dua jempol. Tapi, tetap saja saya tidak mengerti dengan garis utama acara. Kenal pun hanya sebatas dari warna dominan kostum dan motor yang digunakan, sementara wajah mereka bersembunyi di balik helm.

Sering bersorak dalam hati sih, misalkan kalau ada adegan seperti si hijau yang sudah lama mengekor si merah, dan tiba-tiba si hijau berhasil menyalip. Dalam hati mulai menjatuhkan dukungan kepada si hijau dan hitung-hitung biar tontonan menjadi lebih bermakna. Sayang, begitu kamera beralih sebentar, dan ternyata yang memiliki kostum serta motor hijau tak hanya satu, saya tak menandai lagi si hijau mana yang saya dukung! Oh, my God!

Sungguh cara menonton MotoGP yang tidak kreatif ya? Tapi, sebenarnya itu sudah cerita lama, saat saya masih kecil, di mana terkadang acara MotoGP tiba-tiba muncul di Minggu pagi yang semestinya menayangkan acara kartun. Jadi, ada sedikit unsur keberatan juga menonton acara itu, sembari tetap berharap setelah usai MotoGP, kartun akan kembali tayang.

Baru-baru ini—seminggu sebelum saya menulis tulisan ini—dunia pada heboh dengan insiden dramatis antara persaingan Rossi dan Marquez di Sepang-Malaysia. Di media mana saja ada pemberitaan mereka, sampai-sampai akhirnya si awam seperti saya pun iseng-iseng berminat mengikuti perkembangan berita itu, bahkan sampai sibuk mencari video lengkap dari acara tersebut.

Nah, sekarang ternyata menonton MotoGP itu sudah berbeda. Meskipun wajah para pembalapnya berada di dalam helm, mereka tetap dapat ditandai dari banyak hal. Seperti nomor kostum yang dimiliki, merek dan type motor, dan juga sejumlah motif penghias lainnya. Urutan dari setiap pemain juga terpantau jelas melalui data-data yang dimunculkan pada bagian bawah atau samping layar. Bahkan—berkat kecanggihan alat-alat yang terpasang pada motor mereka—data-data dari kecepatan yang tercapai pun dapat ditampilkan. Bisa dibilang semuanya sangat jelas!

Satu hal yang terasa hambar, setelah terjatuhnya Marquez, kelihatannya Rossi benar-benar kehilangan target lagi selain tetap menjaga posisinya di urutan ketiga. Ya, gara-gara aksi salip-salipan bersama Marquez, Rossi dipastikan tak sanggup mengejar Lorenzo dan Pedrosa yang berada di depannya. Dan tak heran ketika Rossi menduga Marquez dengan sengaja menghadangnya di belakang.

Perhatikan saja, meskipun media memberitakan jatuhnya Marquez gara-gara tendangan Rossi, namun sedari awal kelihatannya Marquez-lah yang terus berinisiatif—ataukah memang tidak sengaja?--menempel dekat dan bahkan berkali-kali bertubrukan dengan Rossi. Secara pribadi saya melihat gerakan kaki Rossi itu sebagai gerakan menepis yang refleks, karena Marquez terus menempel kepadanya. Jika Rossi tidak refleks menepis, mungkin ia sudah terjatuh akibat terdorong oleh berat Marquez beserta motornya yang seakan nyaris menindih Rossi.

Demikian pun, Rossi dinyatakan mendapatkan hukuman harus memulai balapan dari urutan terbelakang di Valencia nanti. Tetapi, banyak asumsi menyatakan kalau hukuman itu berpeluang dibatalkan atau minimal diringankan. Maklum, hingga saya menulis ini, hasil finalnya masih tidak pasti. Yang jelas, pada trek Valencia nanti persaingan akan lebih keras lagi!

Satu kesimpulan, acara MotoGP menarik, tetapi harus mengetahui siapa-siapa saja pembalapnya. Dan sebagai penutup, sekaligus sekadar rekomendasi, bagi kalian yang berminat menonton MotoGP secara online dan lengkap, bisa melalui http://www.youku.com. Search pada mesin pencari di atasnya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Mandari.

*

Lea Willsen,
catatan senggang, awal November 2015

Sabtu, 25 Januari 2014

Perjuangan demi Sebuah Tanda Tangan

Judul tulisan ini mungkin terkesan lebay dan tidak terlalu penting bagi pembaca. Namun tunggu, saya menawarkan 'suka-duka' sekaligus cerita unik di sini. Jadi, coba saja kamu ikuti bila berkenan. Dan cukup bayar bila memang menarik, atau dengan kata lain tak menarik tak usah bayar. Hahaha...! Seperti pedagang di pasar saja ya?

Oke, berawal dari ketika saya menemukan promosi produk baru dari idola saya--seorang penyanyi asal China, alan (nama alan memang tidak diawali kapital sebagai ciri khas)--di situs Weibo. Produk itu berupa sebuah kalender berbentuk buku (photobook). Konon hanya diproduksi secara terbatas, atau yang biasa kita sebut limited edition.



Photobook itu memiliki dua edisi berbeda, yaitu edisi resmi dari penerbit yang ada nomor seri berbeda pada setiap item, dan 10% dari jumlah totalnya yang disertai tanda tangan (random), serta edisi yang dijual oleh fansclub resmi yang seluruhnya bertanda tangan, namun tanpa nomor seri. Selain itu, photobook alan juga hanya dijual di China, mungkin karena mempertimbangkan biaya pengiriman internasional yang sudah pasti mencekik leher. Macam film horor saja main cekik-mencekik segala. Hehehe



Kembali ke topik. Menurut seorang fans lain, pemimpin dari fansclub internasional, harganya hanya 50RMB, atau $9. Oke la... Tidak terlalu mahal, namun tetap saja saya tidak akan membelinya kok. Jelas, karena saya di Indonesia, dan saya bukan seorang penderita celebrity worship syndrome. Hehehe...

Nah, kemudian kondisi pun tiba-tiba berubah drastis!

Harapan Beli

Babak selanjutnya (lagi tinju ya?), si pemimpin fansclub internasional yang tidak terima akan photobook yang hanya dijual di China pun memperjuangkan (bahasanya kayak mendeskripsikan pahlawan ya?) hak fans yang berada di seluruh dunia.

Cara yang digunakan sederhana, ia membuat sebuah postingan di FB, kemudian meminta fans yang berminat membeli untuk berkomentar dan menyebutkan negara asal mereka. Nantinya, komentar-komentar itu akan diperlihatkan kepada alan dan perusahaan yang mengasuhnya, sebagai wujud 'protes'.

Saat itu, saya pun iseng menaruh komentar, "Indonesia. Namun, saya tidak tahu cara membeli barang secara online." Selain saya, muncul juga sejumlah komentator dari berbagai negara. Komentar-komentar kami pun kemudian diterbitkan ke Weibo oleh si pemimpin, berupa foto yang di-tag langsung ke akun alan dan perusahaannya.

Dan apa yang terjadi? Ternyata alan benar-benar muncul dan memberi tanggapan!

"Saya akan coba memikirkan cara bagi setiap orang untuk membelinya dengan mudah. Jika ada teman saya yang kebetulan pergi ke negara di mana fans ingin membeli, saya akan meminta mereka sekalian membawanya. Jika tidak, maka saya akan membayar biaya pengiriman untuk dikirimkan kepada kalian. Kami akan memikirkan cara. Dont worry," begitulah ujar alan.



Pendataan

Setelah adanya tanggapan dari alan, proses pendataan pun segera dimulai. alan menghubungi pemimpin fansclub internasional, dan memperjelas sekali lagi bahwa dia yang akan menanggung biaya pengiriman internasional untuk fans-nya. Bagi yang berminat silakan email si pemimpin.

Saya berpikir kalau ini mudah, dan saya juga mulai lebih tertarik ketika mengetahui photobook yang akan kami pesan adalah edisi yang bertanda tangan. Akses sudah terbuka, mengapa tidak dicoba? Singkat cerita saya mengirim email juga.



Meskipun telah dipikirkan cara terbaik, tetap saja akan berkendala. Maklum, karena semua fans terpencar di berbagai pelosok. Dan itu berarti paket-paket yang dikirim nantinya memiliki alamat yang berbeda-beda dan harus didata secara teliti.

Pertama, photobook ternyata bukan seharga 50RMB, tapi 75RMB. Harga bukan dinaikkan, tetapi sejak semula ada yang salah informasi. Oke, tidak masalah.



Kedua, tak etis rasanya bila seluruh biaya kirim harus ditanggung si artis, sementara harga jual item, 75RMB masih jauh di bawah biaya kirim antar negara yang rata-rata mencapai 300RMB per orang. Jadi, akhirnya fans pun berinisiatif menaikkan sendiri biaya yang hendak dibayar menjadi 150RMB, atau setara dengan $25.

150RMB sebenarnya bahkan masih tetap tidak cukup untuk menutupi pengeluaran alan. Dan jujur saja saya sulit mengerti alan bersedia untuk mengeluarkan pernyataan itu, hanya agar penggemar internasional-nya tidak kecewa.

Masalah biaya pun dianggap selesai, karena bisa dibilang setiap pihak telah saling mengalah. Hitung-hitung kami juga harus bersyukur dan menghargai solusi yang telah diberikan. Pada dasarnya kami yang berada di luar China tidak akan mungkin dapat memiliki photobook itu dengan harga 150RMB, jika bukan sebagian biaya sudah disponsori oleh si artis.

Pembayaran

Masalah akhirnya pun benar-benar dialami saya setelah sampai pada tahap pembayaran yang disepakati via PayPal bagi setiap pembeli.



Sesuai komentar saya sebelumnya, saya tidak tahu cara membeli barang secara online. Ya, kecuali beli buku, atau barang-barang lokal lainnya yang pembayarannya cukup dilakukan transfer antar bank lokal. Dan kali ini saya harus memiliki sebuah akun PayPal.

Saya sibuk membuat sebuah akun PayPal, kemudian mempelajari cara kerjanya. Dan salah satu masalah berikutnya adalah saya tidak memiliki dana di akun itu, sementara saya juga tidak memiliki kartu kredit agar dapat lebih leluasa mengoperasikan fitur pada akun itu. Tak punya dana lalu bagaimana membayar 150RMB?

Di samping itu saya juga dibatasi deadline pembayaran kepada teman di China yang tidak boleh dilanggar, karena mereka harus bergerak cepat untuk memprosesnya. Segalanya harus diprediksikan dengan baik dalam waktu yang sangat terbatas. Tentang dana, ada dua opsi, yaitu membeli kartu kredit virtual, atau membeli dana instan dari pihak ketiga. Karena saya butuh yang cepat, berarti yang tepat--menurut saya--adalah langsung membeli dana instan.

Sedikit penjelasan tentang cara beli dana PayPal. Saya harus menemukan seorang penjual dari Indonesia, kemudian mentransfer rupiah di rekening bank-nya, untuk diganti dengan dolar yang akan dikirimkan dari jarak jauh, dengan akun dan kartu kredit si penjual.

Dalam hal ini--agar tidak ditipu--tentu saya harus mencari penjual yang benar-benar penjual, bukan penipu. Setelah googling sana-sini dan membaca opini dari berbagai blogger, saya pun memutuskan untuk membeli dana dari jualvccmurah.com.



Harga yang ditetapkan adalah 12.750 rupiah per dolar. Saya kemudian membeli $30, dengan pertimbangan $25 akan dibelanjakan untuk photobook yang didatangkan dari China. Proses berjalan lancar. Hanya 12 jam dana sudah tiba di akun saya. Selain bisa dipercaya, penjual ini juga ramah dan bersahabat dalam berbagi tips PayPal untuk saya yang masih awam ini.



Lalu, apa masalahnya?

Nah, masalahnya bukan pada penjual, tapi justru muncul di saat detik-detik terakhir ketika saya harus mengirim dana ke China. Ternyata, akun saya tidak bisa mengirim dana itu sebagaimana mestinya! Oh, my God! Pesan error berulang kali muncul tanpa penjelasan terkait sebab dan solusi dari masalah itu.



Sambilan chat dengan teman di China, googling mencari petunjuk, hapus cache dan cookie, gonta-ganti browser, saya pun terus mencoba tanpa hasil.

Semula saya memang hanya iseng berkomentar. Namun, bila sudah sampai tahap ini, berarti saya sudah sangat serius untuk membeli photobook itu. Sayangnya, saya terpaksa menyerah dengan perasaan kecewa berat!

Auuw Mai lopli potobuk Hiks!



1 dari 10 yang Terpilih!

Ups! Cerita ini tidak sad ending! Jangan keburu berhenti baca!

Sekalipun akhirnya saya tidak memiliki cara untuk membayar photobook, ternyata saya tetap berhak untuk memiliki photobook bertanda tangan itu! Dari pihak China memutuskan untuk memberikan item itu secara cuma-cuma. Kebetulan, ada seorang fans yang memberi sponsor untuk 10 fans lain, dan mereka pun menjadikan saya 1 dari 10 fans beruntung itu!

Oh, my God! Hampir tak percaya! Hahaha...!



Kata si pemimpin fansclub internasional, ia tahu kalau saya benar-benar menginginkan benda itu. Dan ia sudah memiliki data-data kontak yang sehari sebelumnya telah saya serahkan, sehingga saya cukup menunggu kirimannya!

Dana yang Beku

Meskipun tujuan utama saya--membeli photobook--sudah tercapai, saya melanjutkan sedikit lagi cerita tentang dana saya yang membeku di PayPal.

Saya memutuskan untuk kembali menghubungi penjualnya. Dana itu memang tidak bisa dikirim ke orang lain, namun masih ada opsi yang memungkinkan saya untuk mengembalikannya pada akun penjual, sebelum 50 hari. Harapan saya adalah opsi itu bekerja dengan baik. Dan tentu saja saya mengizinkan dana itu ditukar menjadi rupiah, dengan harga jual yang lebih rendah dari ketika saya membelinya. Kalau di PayPal proses ini biasa disebut withdraw, di mana kita bisa mentransfer dana kembali ke bank.

Namun, si penjual menjelaskan bahwa itu sudah sering terjadi pada akun yang masih baru. Yup, sebelum mengambil langkah withdraw, saya pun memutuskan untuk menunggu hingga 45 hari ke depan. Si penjual telah menyanggupinya. Kami akan melakukan withdraw, bila ternyata akun Paypal saya masih bermasalah setelah 45 hari ke depan.

Syukurlah, baik dari pihak perantara PayPal, dan juga pihak perantara photobook yang berjumlah banyak orang--termasuk alan yang terlibat di dalamnya--semua pihak adalah orang baik, sehingga sekalipun pengalaman pertama menggunakan PayPal kurang begitu baik, saya tidak mengalami kerugian apa pun.


Hmm Semoga nama besar PayPal tidak mengecewakan saya!



25 Januari 2014

Senin, 12 Agustus 2013

WWE: Teror Wyatt Family



Sudah lama tak update di blog ini. Ah, mengapa saya sering mengawali postingan di sini dengan kalimat serupa ya? Jadi merasa malu... Hehehe...

Oke, baru-baru ini ada hal baru yang menarik perhatian saya untuk membuat postingan baru. Ini masih tentang gulat WWE, tepatnya kemunculan trio Wyatt Family, yang sedari awal telah mengincar idola saya, yakni Kane. Ya, tentu saja oleh rasa geram itulah postingan ini dibuat (ada-ada saja). Jika tidak, saya rasa sampai kapanpun saya tak akan tertarik membahas Wyatt Family, Hehehe...

Betapa tidak, berkali-kali trio Wyatt Family berhasil mempecundangi Kane, meninggalkannya dengan kondisi yang tak berdaya. Sayangnya, saya rasa banyak yang sependapat dengan saya, tak akan mengagumi Wyatt Family atas keberhasilan tersebut. Pasalnya, Wyatt Family selalu menjadi pemenang dengan cara yang tidak sehat.

Boleh dibilang, hingga postingan ini dibuat, belum ada satu pun pertarungan resmi antara Wyatt Family melawan Kane. Wyatt Family hanya kerap muncul dan meneror Kane setelah kondisi stamina Kane lemah sehabis pertarungan resmi menghadapi lawannya. Selain itu, Wyatt Family kerap bertarung dengan sistem keroyokan, dan apalagi dalam kondisi gelap.

Mengapa Wyatt Family tak pernah muncul di saat kondisi stamina target masih baik, atau satu lawan satu di saat kondisi lokasi terang? Jika Wyatt Family tetap mempertahankan strategi pengecut itu, saya rasa sekalipun seorang The Rock yang berhasil dipecundangi berkali-kali, tak ada yang perlu dikagumi.

Jadi, kesimpulannya Wyatt Family--dengan 'jam terbang' yang secuil--bukanlah lawan dari Kane. Kane lebih menyenangi pertarungan yang penuh tantangan, sementara Wyatt Family adalah kebalikannya.

Hanya saja, ada 'angin segar' setelah semua rantai peristiwa teror yang dilakukan Wyatt Family terhadap Kane. Akhirnya, terjadwal juga pertarungan--Inferno Match--resmi antara Bray Wyatt (pemimpin Wyatt Family) dan Kane pada SummerSlam, 18 Agustus 2013. Bagaimana hasil pertarungan itu tidaklah penting. Setidaknya, pertarungan tersebut lebih bergengsi daripada pertarungan yang bersifat teror.

Ohya, mengapa dibahas seserius ini?! Hmm..., sebenarnya tidak juga, mengingat WWE adalah gulat berskenario. Hehehe...

Jumat, 07 September 2012

Kane yang Dulu dan Kini

Masih tentang pegulat Kane! Semoga yang tanpa sengaja maupun sengaja telah tiba di postingan ini jangan marah ya?! Postingan pada blog ini mungkin cenderung ngelantur atau asal-asalan. Tetapi, pada dasarnya blog ini memang sudah demikian, diciptakan untuk membahas apapun itu yang terbersit di benak, dan mungkin juga bisa diartikan sebagai posting-posting (tulisan) yang tak memiliki nilai jual di media. Hahaha...

Oke, kembali fokus pada topik, yakni pegulat Kane. Semoga ini hanya kecurigaan yang tidak benar ya..., entah mengapa saya sering berpikir kalau tokoh Kane yang kini (Jacobs) dan tokoh Kane yang tampil pada tahun 90-an adalah dua orang yang berbeda. Ah, masak?! Masak ya di dapur... Hehehe...

Ya, begitulah yang saya rasakan sebagai seorang penggemar yang telah menyaksikan sejumlah penampilan Kane sedari belasan tahun silam. Kane sering mengenakan topeng untuk menutupi wajahnya, dan ada satu masa di mana--mungkin--sosok di balik topeng itu telah digantikan oleh orang lain. Alasannya?! Baiklah, saya akan menguraikan beberapa alasan yang membuat saya berpikir demikian.

Fisik Kane berbeda. Coba kembali saksikan video-video Kane pada tahun 90-an di Youtube, dan bandingkan dengan Kane yang kini. Sepintas tinggi badan mereka memang sama. Tetapi Kane yang dulu memiliki tubuh lebih kecil, terutama bagian bahu dan perut, tidak seperti Kane yang kini, terlihat lebih kekar dan buncit. Kejanggalan ini amat terasa, ketika Kane pertama kali muncul dengan baju tanpa lengan pada tahun 2000-an kalau tak salah. Saat itu Kane masih mengenakan topeng, dan belum pangkas botak. Dan pada saat itulah, mungkin pemeran di balik topeng telah berganti.

Kedua, yakni bentuk kepala. Kane yang dulu memiliki bentuk kepala yang lebih kecil, sementara Kane yang kini kepalanya besar dan bulat. Dari segi wajah juga--meskipun ditutupi topeng--Kane yang dulu wajahnya lebih lonjong, sementara Kane yang kini wajahnya terlihat lebar.

Stamina. Meskipun WWE hanya kisah ecek-ecek, tetapi tetap saja para pemain menguras banyak stamina di atas ring. Kane yang dulu memiliki fisik serta stamina yang lebih baik. Respon gerakannya lebih baik. Sedangkan Kane yang kini sering terlihat lelah, dengan nafas yang ngos-ngosan serta langkah kaki yang berat. Untuk yang satu ini, mungkin juga akibat pengaruh usia.

Jurus. Meskipun jurus-jurus yang digunakan masih sebagian besar sama, namun Kane yang dulu dan Kane yang kini sepertinya memiliki selera serta perhitungan yang berbeda dalam menggunakan jurus-jurus itu. Kane yang dulu cenderung menggunakan jurus (maaf, saya tak pernah menghafal nama-nama jurus) membalikkan kepala lawannya, kemudian berlutut dan menghantamkannya ke lantai. Jurus itu sangat dasyat, tetapi Kane yang kini hampir tak pernah menggunakannya. Demikian juga dengan jurus melompat dari tiang di sisi ring (lagi-lagi tak tahu nama jurusnya), meskipun dari dulu hingga kini Kane masih sering menerapkan jurus itu, tetapi kualitas dari jurus itu jelas berbeda. Kane yang dulu mampu naik di atas tiang itu cukup dengan satu kali lompatan dan sasarannya juga jarang meleset, sedangkan Kane yang kini terlihat sedikit berat untuk berada di atas tiang dan lagi seringnya malah meleset dari sasaran.

Gaya. Ketika hendak meledakkan pyro di atas ring, gerakan tangan Kane yang dulu lebih cepat daripada yang kini. Ada juga perbedaan ketika hendak mengakhiri pertarungan dengan menghitung satu, dua, tiga (sori, tak tahu juga nama gerakan itu disebut apa). Kane yang dulu menekan tubuh lawan dengan kedua tangan, Kane yang kini menarik sebelah kaki lawannya.

Kesimpulannya, saya berpikir bahwa Kane yang kini diperankan Jacobs--dan juga merupakan orang yang dulu memerankan si dokter gigi kurang waras, Isaac Yankem DDS--memang adalah orang yang sama, tetapi berbeda dari Kane pada masa 90-an. Ini hanya dugaan lo...

Kadang saya memang 'merindukan' The Big Red Machine di masa lalu dan gemar memutar video-video lama. Tetapi tetap saja Kane yang kini adalah Kane yang luar biasa! Terlebih setelah kembali mengenakan topeng dan semakin terlihat keren! Ah, macam masih anak-anak saja yang menulis postingan ini. Hahaha...

Ya, hitung-hitung blog ini sudah lama tak di-update, jadi iseng-iseng saja menulis yang ringan-ringan. Yang pasti untuk tulisan satu ini saya tak ingin repot-repot mengeditnya sana-sini. Biarkan saja apa adanya! B0l3h ju94 m3n99un4k4n b4h454 4l4y k4l4u m4u...

Foto: Kane pada tahun 2000-an

Sabtu, 28 April 2012

Alan Dawa Dolma

Saya menunggu, menunggu, dan terus menunggu lama, berharap suatu hari nanti profil dari idolaku yang satu ini, Alan Dawa Dolma akan tampil di situs raksasa Wikipedia. Dan ternyata sudah beberapa tahun menunggu pun, profil Alan Dawa Dolma masih tidak ditemukan di sana, padahal pada Wikipedia Inggris dan negara lainnya sudah lama ada. Terakhir, daripada terus menunggu, saya memutuskan untuk bergerak saja, menjadi fans pertama di Indonesia yang memasukkan data Alan Dawa Dolma di Wikipedia (lebay).

***

Alan Dawa Dolma


Alan Dawa Dolma

Alan di Tokyo Game Show 2008
Nama Tionghoa 阿蘭•達瓦卓瑪 (Tradisional)
Nama Tionghoa 阿兰•达瓦卓玛 (Sederhana)
Pinyin Ālán Dáwǎzhuōmǎ (Mandarin)
Jyutping A3laan4 Daat6nga5coek3ma5 (Kanton)
Leluhur Khampa Tibetan
Asal Kangding, Chengdu, Sichuan
Nama Lain ཨ་ལན་ཟླ་བ་སྒྲོལ་མ་ (Tibetan)
a lan zla ba sgrol ma (Wylie)
Alan Dawa Dolma (THDL)
Alan Dawa Dolma (Tibetan pinyin)
Pekerjaan Artis, Penyanyi, Model
Genre Pop
Mandopop
JPop
Ethereal Wave
Instrumen Erhu
Piano
Label Avex Trax
Tahun aktif 2005
Situs web alan-web.jp

Alan Dawa Dolma adalah seorang artis yang merupakan 100% keturunan Tibet. Semasa kecilnya dikenal sebagai seorang anak yang tomboi. Untuk membangun sisi feminin dalam diri Alan, kedua orangtuanya kemudian memutuskan untuk meminta Alan belajar bermain erhu sejak usia 8 tahun, dan juga berbagai pelajaran kesenian di bidang musik. Sampai saat ini, Alan telah menyanyikan berbagai lagu baik dalam bahasa China dan juga Jepang. Beberapa lagunya bahkan juga disandingkan dengan film-film layar lebar terkemuka seperti Red Cliff, Red Cliff II, dan juga film anime unggulan Jepang, Inuyasha. Salah satu ciri unggul yang membedakan Alan dari penyanyi lainnya ialah kelebihannya dalam mengolah dan menghasilkan suara nada tinggi yang tetap stabil.

Riwayat

Alan Dawa Dolma lahir di Kangding, Tibetan Autonomous Prefecture di Sichuan, tempat yang merupakan mayoritas penduduk etnis Khampa tinggal dan mencari nafkah. Alan dibesarkan oleh orangtuanya dengan dialek berbicara Kham Ke yang merupakan salah satu dari tiga dialek utama di Tibet. Keluarga Alan merupakan keluarga yang besar, ayahnya memiliki sepuluh saudara, sementara ibunya memiliki delapan saudara. Biasanya, setiap tahun baru tiba, mereka akan berkumpul untuk merayakan tahun baru bersama.
Usia 20 tahun, berkarir menjadi seorang penyanyi di Jepang meninggalkan orangtua dan saudara, pada awalnya Alan mengaku cukup sulit untuk beradaptasi dalam keadaan dirinya yang tidak begitu menguasai Bahasa Jepang. Namun seiring waktu, kini Alan sudah cukup mampu untuk berkomunikasi dengan Bahasa Jepang. Hal tersebut dapat terlihat pada konser ketiganya pada 2011 lalu, Alan telah mampu berkomunikasi dengan para fansnya dengan Bahasa Jepang.
Di sisi lain, oleh para fans, Alan dikenal sebagai pribadi seorang artis yang santun, baik, sopan, dan juga jauh dari gosip-gosip negatif yang umumnya diterima oleh artis lain. Suatu ketika seorang pewawancara sempat menanyakan kesediaan Alan untuk mengikuti rute artis Jepang lainnya yang sedikit lebih berani dalam mengekspos diri dalam pemotretan-pemotretan seksi, terang Alan bahwa dirinya tak akan pernah bersedia untuk dipotret dengan hanya mengenakan bikini.
Nama “Alan” pada dasarnya bukanlah nama asli. Alan dilahirkan dengan nama “Dawa Zhuoma”--gadis surgawi bulan--yang diberikan oleh seorang pendeta Buddhis Tibet. Namun dengan berbagai pertimbangan, Alan kemudian menamakan dirinya “Alan” yang merupakan singkatan dari nama kedua orangtuanya, Atu dan Lantai. Alan mengaku tidak mungkin untuk menggunakan nama “Atu Lantai Dawa Zhuoma”, karena nama itu terlalu panjang untuk dicantumkan ke dalam paspor, maka kemudian diganti menjadi “Alan Dawa Dolma”.
Selain hobi di bidang tarik suara, Alan juga memiliki hobi memelihara anjing.


Karir

Pada awalnya (tahun 2005)--dengan niat membantu meringankan beban tanggungan orangtua--Alan sempat merilis sebuah album, "Sheng Sheng Zui Ru Lan" secara indie yang kemudian dikatakan berhasil terjual sebanyak 50,000 kopi, meskipun bukan album tersebut yang kemudian melejitkan nama Alan. Lagu-lagu yang dinyanyikan Alan dalam album itu merupakan lagu yang telah pernah dinyanyikan oleh penyanyi terkenal lain, seperti lagu; Shi Nian, Ni Dao Di Ai Shui, Tong Hua, Zui Lang Man De Shi, dan lain sebagainya.
Oktober 2006, melalui 9th Asia New Singer Competition, Alan berhasil memenangkan peringkat kedua, kalah tipis (0,005 poin) dari Maria Donna Taneo yang berasal dari Pilipina. Sebelumnya, April 2006, Alan juga telah berhasil lolos dari audisi yang diselenggarakan oleh perusahaan rekaman terkemuka, Avex Trax yang diikuti oleh ribuan peserta.
Tahun 2007, setelah lulus dari China National Chinese Opera and Dance Drama Company dengan nilai yang memukau, Alan pun direkrut oleh Avex Trax, dan kemudian pindah ke Tokyo, Jepang. Pada tahun itu juga, Alan kemudian merilis single perdananya dalam bahasa Jepang, "Ashita e no Sanka" yang kemudian mulai mengilaukan nama sang penyanyi.
Tahun 2008, masih di bawah label Avex Trax, Alan merilis cukup banyak single baru, antaranya; Hitotsu, Sora Uta, Xin Zhan (ost. Red Cliff), Megumi no Ame, Natsukashii Mirai (Longing Future), dan juga beberapa lagu pendamping lainnya. Alan juga sempat merilis single dengan judul "Shiawase no Kane/Ai Jiushi Shou", yang kemudian total royalti dari penjualan single tersebut disumbangkan untuk korban bencana gempa di Sichuan.
Tahun 2009, melalui single "Kuon no Kawa" (ost. Red Cliff II), Alan juga berhasil menduduki posisi ketiga tangga lagu, yang merupakan pencapaian tertinggi dari artis asal China di Jepang, melampaui apa yang pernah dicapai oleh artis-artis asal China lainnya. Selain itu, Alan juga menetaskan tiga albumnya pada tahun tersebut, yakni; Voice of Earth, My Life, dan Xin De Dong Fang.
Tahun 2010 merupakan tahun di mana Alan pertama kalinya menyelenggarakan konser solo dengan tema "Voice of You" di Hitomi Memorial Hall, Tokyo, tanggal 24 Januari. Pada 2010 juga, Alan menetaskan album berbahasa Mandarin, "Lan Se: Love Moon Light".
Tahun 2011--setelah sebelumnya merilis album Japan Premium Best & More--bersamaan dengan berlangsungnya konser ketiga, Japan Premium Best & More Live 2011--juga di Hitomi Memorial Hall--kepada para fans, Alan menyatakan keinginannya untuk kembali ke China. Karir Alan sebagai seorang penyanyi dan juga model tidak berhenti sampai di sana. Setelah meninggalkan Jepang--dan hingga kini pun--Alan masih tetap menunjukkan eksistensinya di bidang tarik suara serta terlibat dalam berbagai kontrak pemotretan.

Album & Konser

Album Bahasa Jepang

  • Voice of Earth (2009)
  • My Life (2009)
  • Japan Premium Best & More (2011)

Album Bahasa Mandarin

  • Sheng Sheng Zui Ru Lan (2005)
  • Xin De Dongfang (2009)
  • Lan Se: Love Moon Light (2010)

Konser

  • Voice of You (2010)
  • Alan Symphony (2010)
  • Japan Premium Best & More Live (2011)


Referensi



Pranala Luar


***

Halaman Wikipedia aslinya dapat dilihat di: http://id.wikipedia.org/wiki/Alan_Dawa_Dolma. Dan sebagai penutup dari postingan ini, silakan melihat-lihat beberapa karya ilustrasi dari fans Alan Dawa Dolma (fans art) yang saya kumpulkan dari berbagai sumber. Salah satunya (yang saya letakkan di paling bawah) adalah karya saya sendiri. Berdasarkan pengamatan saya yang belum tentu tepat, karya pertama dibuat dengan metode digital painting (sangat sempurna), yang kedua dengan cat air, dan yang ketiga saya pribadi mengerjakannya dengan digital painting (prosesnya bisa dilihat di sini). Berikut:

Jumat, 22 Juli 2011

Pegulat Kane

Tepatnya kapan saya tak ingat lagi--mungkin tujuh, delapan, atau bahkan sepuluh tahun silam--dunia sempat 'digilakan' oleh tayangan gulat seperti WWF, Raw is War, dan SmackDown yang ditayangkan oleh stasiun televisi StarSport luar negeri. Bahkan salah satu stasiun televisi Indonesia juga menayangkannya. Dari anak-anak seumuran saya di masa itu, hingga yang setua nenek saya juga gemar menonton gulat.

Namun trend menonton gulat tak bertahan lama di Indonesia. Pada dasarnya budaya berbicara, berbusana, dan bersikap yang ditawarkan oleh tontonan itu terlalu kontras dengan budaya Indonesia. Ditambah lagi bermunculannya kasus anak-anak yang bermain saling berkelahi menirukan gaya-gaya brutal pegulat idola mereka, tak butuh lama para orangtua pun melarang anaknya menonton gulat lagi.

Sebenarnya hal tersebut (dilarang nonton gulat) tak terjadi pada saya. Adapun itu hanya berupa nasihat. Lagipula, saya dan sepupu saya tak pernah bermain kasar meskipun kami sama-sama fans berat tontonan itu. Karena meskipun masih kecil, kami sadar dengan bermain kasar akan menyakiti kawan main yang lain. Dan kami sudah terbiasa bermain dengan hanya menggunakan action figure tanpa saling tonjok-tonjokan menirukan kebodohan anak-anak lain. Kalau main tonjok-tonjokan pun, itu hanya sebatas dua permukaan kulit yang bersentuhan ringan. Tapi, dalam waktu yang hampir tak jauh berbeda, saat itu saya juga terpaksa berhenti nonton gulat. Loh, mengapa?

Hmm..., itu karena StarSport berubah UHF, dan televisi di rumah tak mampu menangkap gelombang stasiun kesayangan itu lagi. Uh, saat itu lumayan kecewa juga. Tapi ya sudahlah, tak ada pesta yang tak pernah berakhir.

Lagipula, orang-orang mengatakan gulat hanyalah tontonan fiksi. Siapa menang siapa kalah semuanya hanya kebohongan yang sudah ditetapkan penulis skenario layaknya sebuah film. Ada benarnya juga. Coba perhatikan, ketika The Rock berada di WWF, setiap detik selalu memasang wajah kerbau, padahal ketika berada di luar WWF ia selalu tersenyum manis bahkan dapat bercanda dan terbahak.

Kesimpulan yang saya ambil--sekadar opini--mungkin gulat WWF (sekarang WWE) memang hanyalah cerita fiktif, namun perkelahian mereka sungguhan. Hal ini bisa terlihat dari darah yang muncul di wajah Triple H ketika bertarung melawan sang bapak mertua, Vince McMahon demi memperebutkan Stephanie McMahon. Dan tak mungkin melakukan rekayasa di depan jutaan mata penonton di sana.

Untuk adegan berbahaya seperti ditabrak truk, mungkin kru telah mempersiapkan trik khusus agar tidak sampai memakan korban jiwa. Seperti stuntman, mereka berkelahi dengan lawan main, namun mereka sebenarnya tak saling bermusuhan. Dan sesekali kru juga harus menyiapkan trik khusus agar si stuntman tidak mati konyol.

Semua demi uang dan pekerjaan. Setelah kamera dimatikan, mungkin mereka akan saling minta maaf. Kalau setelah mereka main gulat dan menjadi terkenal serta mendapat banyak orderan bermain film layar lebar, mungkin mereka pun tak ingin lagi berada di WWF. Contohnya The Rock.

Sekadar nostalgia, baru-baru ini saya coba mencari video pertarungan Kane--pegulat idola saya dulu--di Youtube. Meskipun tak dapat lagi menonton gulat di StarSport, sedikit banyak saya tahu, penampilan Kane (di ring) kini menjadi botak, tanpa baju, dan tak lagi memakai topeng. Namun bagaimana dengan perkembangan karir serta kepopulerannya di WWE? Ugh! Saya tidak tahu! Jujur, saya sedikit penasaran. Dan itu jugalah salah satu alasan yang membuat saya mencari video pertarungannya.

Masih seperti dulu, penampilan Kane seru dan menegangkan. Sayangnya dari tiga video yang didownload, semuanya memerlihatkan kekalahan Glenn Thomas Jacobs (nama asli Kane). Sungguh mengecewakan. Tapi biarlah, penulis skenario sedang sengaja mempermainkan emosi fans Kane, termasuk fans lama seperti saya yang sudah tak lagi mengikuti perkembangannya,

Bila memang gulat WWF (saya lebih suka menyebut WWE dengan sebutan lama) itu fiktif namun pertarungannya nyata, semoga saja suatu saat nanti Kane dapat mengikuti jejak The Rock menjadi bintang film layar lebar dan tak perlu lagi bertarung hingga berdarah-darah. Kasihan juga. Hehehe...

Rabu, 13 Juli 2011

Milikku

Jangan berkata kau sakit
karena aku terluka
jangan pula berkata kau menangis
karena aku bersedih
jasmani dan rohani ini milikku
tersayat takdir
tertikam keadaan
semua ini milikku
deritaku
bukan derita milikku
katakanlah aku bisu
atau tuli
dan hanya terpojok
dalam bayang suram
dan aku hanya tahu
hingga tulang menembus jantung
segala suka harus berpulang padamu
sakit dan sedih ini tetap hanya milikku
adakah malaikat mengulurkan tangan?
tidak
malaikat hidup dalam kepercayaan
ia tak pernah terlihat
tak pernah terdengar
dan tak pernah ada
dalam detik-detik tangisku