Apa yang menarik dari MotoGP? Hmm….
Jujur saja, ketika banyak yang begadang demi menonton sepak bola, menyiapkan
cemilan untuk menonton bulu tangkis, berdiam manis di depan televisi menantikan,
petinju idolanya, saya justru tidak tertarik dengan olahraga yang mana pun!
Oke, bukan saya anti acara
olahraga sebenarnya. Dulu saya juga terkadang mengikuti acara bulu tangkis. Tapi
rasanya itu sudah masa yang sangat lama, di mana kala itu pemain-pemain negara
kita—seperti Susi Susanti, Ricky Subagja, Rexy Mainaky—masih kerap merajai bidang
olahraga tersebut, sebelum akhirnya roda berputar dan Tiongkok-lah yang kini
berada di atas daun.
Saya bermain Weibo—sosial media
Tiongkok—dan cukup aktif juga di sana, atau minimal sehari ada sekali dua kali
masuk ke sana untuk melihat-lihat. Dan apa yang terjadi? Setiap memasuki musim
olahraga bulu tangkis, para warga di sana begitu antusias memberikan dukungan. Banyak
yang sibuk membahas dan mengepos foto-foto si macho Lin Dan—pemain bulu tangkis
Tiongkok yang menjadi kebanggaan mereka. Ah, betapa miris rasanya. Masa jaya
mereka di bidang olahraga bulu tangkis sekarang persis dengan masa jaya kita di
masa lalu yang telah kian meredup.
Kembali ke MotoGP. Kalau terhadap
bulu tangkis masih ada minat-minat sedikit, terhadap MotoGP justru tidak
mengerti sama sekali. Satu jam lebih memandang televisi pun, yang terlihat
hanyalah para pasukan ber-helm yang meliuk-liuk di atas trek. Gerakan mereka memang
patut diacungi dua jempol. Tapi, tetap saja saya tidak mengerti dengan garis
utama acara. Kenal pun hanya sebatas dari warna dominan kostum dan motor yang
digunakan, sementara wajah mereka bersembunyi di balik helm.
Sering bersorak dalam hati sih,
misalkan kalau ada adegan seperti si hijau yang sudah lama mengekor si merah,
dan tiba-tiba si hijau berhasil menyalip. Dalam hati mulai menjatuhkan dukungan
kepada si hijau dan hitung-hitung biar tontonan menjadi lebih bermakna. Sayang,
begitu kamera beralih sebentar, dan ternyata yang memiliki kostum serta motor hijau
tak hanya satu, saya tak menandai lagi si hijau mana yang saya dukung! Oh, my God!
Sungguh cara menonton MotoGP yang
tidak kreatif ya? Tapi, sebenarnya itu sudah cerita lama, saat saya masih
kecil, di mana terkadang acara MotoGP tiba-tiba muncul di Minggu pagi yang
semestinya menayangkan acara kartun. Jadi, ada sedikit unsur keberatan juga
menonton acara itu, sembari tetap berharap setelah usai MotoGP, kartun akan
kembali tayang.
Baru-baru ini—seminggu sebelum
saya menulis tulisan ini—dunia pada heboh dengan insiden dramatis antara persaingan
Rossi dan Marquez di Sepang-Malaysia. Di media mana saja ada pemberitaan
mereka, sampai-sampai akhirnya si awam seperti saya pun iseng-iseng berminat
mengikuti perkembangan berita itu, bahkan sampai sibuk mencari video lengkap dari
acara tersebut.
Nah, sekarang ternyata menonton MotoGP
itu sudah berbeda. Meskipun wajah para pembalapnya berada di dalam helm, mereka
tetap dapat ditandai dari banyak hal. Seperti nomor kostum yang dimiliki, merek
dan type motor, dan juga sejumlah motif penghias lainnya. Urutan dari setiap
pemain juga terpantau jelas melalui data-data yang dimunculkan pada bagian
bawah atau samping layar. Bahkan—berkat kecanggihan alat-alat yang terpasang pada
motor mereka—data-data dari kecepatan yang tercapai pun dapat ditampilkan. Bisa
dibilang semuanya sangat jelas!
Satu hal yang terasa hambar,
setelah terjatuhnya Marquez, kelihatannya Rossi benar-benar kehilangan target
lagi selain tetap menjaga posisinya di urutan ketiga. Ya, gara-gara aksi
salip-salipan bersama Marquez, Rossi dipastikan tak sanggup mengejar Lorenzo
dan Pedrosa yang berada di depannya. Dan tak heran ketika Rossi menduga Marquez
dengan sengaja menghadangnya di belakang.
Perhatikan saja, meskipun media
memberitakan jatuhnya Marquez gara-gara tendangan Rossi, namun sedari awal kelihatannya
Marquez-lah yang terus berinisiatif—ataukah memang tidak sengaja?--menempel
dekat dan bahkan berkali-kali bertubrukan dengan Rossi. Secara pribadi saya
melihat gerakan kaki Rossi itu sebagai gerakan menepis yang refleks, karena
Marquez terus menempel kepadanya. Jika Rossi tidak refleks menepis, mungkin ia
sudah terjatuh akibat terdorong oleh berat Marquez beserta motornya yang seakan
nyaris menindih Rossi.
Demikian pun, Rossi dinyatakan
mendapatkan hukuman harus memulai balapan dari urutan terbelakang di Valencia
nanti. Tetapi, banyak asumsi menyatakan kalau hukuman itu berpeluang dibatalkan
atau minimal diringankan. Maklum, hingga saya menulis ini, hasil finalnya masih
tidak pasti. Yang jelas, pada trek Valencia nanti persaingan akan lebih keras
lagi!
Satu kesimpulan, acara MotoGP menarik, tetapi
harus mengetahui siapa-siapa saja pembalapnya. Dan sebagai penutup, sekaligus
sekadar rekomendasi, bagi kalian yang berminat menonton MotoGP secara online
dan lengkap, bisa melalui http://www.youku.com. Search pada mesin pencari di
atasnya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Mandari.
*
Lea Willsen,
catatan senggang, awal
November 2015